INDONESIA NEGARA YANG PALING 'CUEK' DENGAN PERUBAHAN IKLIM?

Jumat, 31 Januari 2025 - 08:07:49 WIB
Dibaca: 156 kali

Banyak sinyalemen di kalangan pemerhati lingkungan hidup di dunia yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang paling tidak peduli dengan perubahan iklim, alias “cuek”! Para pemerhati lingkungan memperhatikan bahwa masyarakat Indonesia tidak terlalu peduli dengan kerusakan lingkungan mereka yang berujung pada perubahan iklim. Sinyalemen lain menyebutkan bahwa di Indonesia, media cenderung lebih fokus pada ocehan politisi dan perdebatan agama, sehingga isu-isu berkaitan dengan lingkungan hidup biasanya kurang mendapat sorotan bahkan tidak diperhatikan. Benarkah demikian?

Bisa jadi sinyalemen tersebut benar, penting menjadi catatan bahwa selama pemilu tahun 2014, 2019 dan 2024, kandidat-kandidat presiden Indonesia tidak banyak menempatkan perubahan iklim sebagai prioritas utama kampanye mereka. Padahal dampak perubahan iklim sangat jelas terlihat di Indonesia. Para kandidat lebih mementingkan aspek ekonomi dan sosial politik. Kita tidak peduli bahwa sejak tahun 2008 - 2009, petani Indonesia kesulitan mengandalkan prediksi cuaca, karena anomali panen sering terjadi. Akibatnya, kegagalan panen sering terjadi di seluruh negeri.

 

Kemudian ada jajak pendapat global yang dilakukan oleh YouGov-Cambridge Globalism Project (Renaldi, 2019) menunjukkan bahwa 18 persen responden Indonesia tidak percaya pada peran perilaku manusia terhadap perubahan iklim. Jumlah tersebut melampaui Arab Saudi (16 persen) dan Amerika (13 persen). Untuk jajak pendapat tersebut, YouGov mensurvei 25.000 orang di 23 negara. Dari jajak pendapat tersebut membuktikan bahwa masyarakat kitalah yang paling tidak percaya bahwa aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan iklim saat ini. Dan walaupun kita di urutan pertama, hasil jajak pendapat ini tentu saja tidak membanggakan kita, bahkan sebaliknya.

Para pemerhati lingkungan di Indonesia yang prihatin dengan kondisi ini menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan hiduplah yang harus digalakkan. Didit Haryo, juru kampanye iklim Greenpeace Indonesia, sependapat bahwa pendidikan lingkungan hidup di Indonesia masih kurang. Bagi Haryo, isu lingkungan hidup tidak bisa disandingkan dengan isu agama. “Kalau kita mengaitkan persoalan ini dengan tren keagamaan saat ini, masyarakat hanya akan melihat persoalan itu sebagai sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan”.

Selain pandangan masyarakat yang fatalistis terhadap permasalahan lingkungan, perubahan iklim bukanlah topik yang mudah untuk dicerna. Haryo menilai masih banyak yang harus dilakukan Indonesia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Diharapkan dengan pendidikan lingkungan hidup yang masif maka masyarakat makin peka dengan isu-isu lingkungan. Diharapkan muncul makin banyak pemerhati lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat peduli lingkungan, bahkan para pendekar dan pejuang lingkungan yang berani melawan siapa pun, termasuk pemerintah jika mereka terbukti membuat kebijakan atau putusan-putusan yang tidak peduli dengan lingkungan hidup. Apakah kita harus menunggu sampai terlambat untuk menyadari bahwa perubahan iklim itu nyata?

 

REFERENSI

Renaldi, Adi. 2019. Indonesia adalah Rumah bagi Penyangkal Perubahan Iklim Terbanyak di Dunia. https://www.vice.com/en/article/indonesia-climate-change-deniers-yougov-poll/.

(RW-Agro-2025)