MENGENAL PEMANIS SINTETIK BEBAS KALORI

Selasa, 26 Januari 2021 - 20:13:02 WIB
Dibaca: 2013 kali

Konsumsi gula dunia cenderung meningkat sejalan perkembangan populasi dan peningkatan taraf hidup, terutama di negara-negara maju. Di lain pihak, dengan alasan kesehatan, konsumen berusaha mencari pemanis yang tidak menghasilkan kalori agar mereka tetap dapat menikmati rasa manis tanpa takut menjadi gemuk atau menimbulkan respon glikemik (peningkatan kadar gula darah) yang dapat berujung pada penyakit diabetes.

Industri pangan dan farmasi berlomba-lomba menciptakan pemanis-pemanis sintetik bebas kalori. Pemanis yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat mengganti sukrosa (gula tebu), glukosa atau gula-gula lain yang berkalori tinggi, mendukung usaha konsumen untuk mengontrol berat badan, menekan kadar glukosa darah, mengurangi sedapat mungkin karies gigi yang diakibatkan konsumsi gula, akan tetapi tetap dapat menikmati rasa manis.

Industri pangan di Indonesia sudah lama mengenal pemanis buatan sakarin, siklamat dan aspartam. Hanya dua yang pertama penggunaannya sangat ketat, bahkan di negara-negara tertentu sudah dilarang. Sedangkan aspartam banyak digunakan industri pangan Indonesia, khususnya untuk produk makanan dan minuman diet. Di Amerika Serikat dan Eropa telah jamak menggunakan pemanis buatan lain, yang mungkin masih belum banyak digunakan di industri pangan Indonesia yaitu alitame, acesulfame-K dan sucralose.

Alitame

Alitame adalah pemanis buatan campuran dari 2 senyawa turunan asam amino yaitu l-asam aspartat dan d-alanin serta satu senyawa amida. Tingkat kemanisannya mencapai 2000 x sukrosa, tanpa rasa pahit dan rasa metal (bandingkan dengan sakarin yang memberikan aftertaste pahit di pangkal lidah). Tahun 1986 oleh FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat, pemanis ini direkomendasikan untuk produk pangan termasuk roti-kue, minuman ringan dan permen.  Alitame masih memiliki kalori sebesar 1,4 kcal/gram.

Acesulfame-K

Acesulfame K (acesulfame-kalium) telah disetujui FDA sebagai aditif pemanis untuk makanan pada tahun 1988. FDA merekomendasikan acesulfame-K digunakan pada produk roti-rotian, makanan beku, yogurt, kembang gula, permen karet, produk susu kering, sirup dan saus. Juga untuk produk pasta gigi, mouth wash dan pelapis obat. Acesulfame-K sering digunakan sebagai kombinasi dengan pemanis buatan yang lain seperti aspartam, sakarin atau siklamat.  Potensi kemanisan relatif (sweetness potency relative) sekitar 200 x sukrosa.  Acesulfame-K dinyatakan sebagai pemanis buatan bebas kalori yang bersih, cepat memberikan rasa manis. Memiliki kestabilan yang baik pada suhu tinggi dan daya larut yang baik sehingga pemanis ini dianggap cocok untuk berbagai produk.

Sucralose

Sucralose merupakan derivat sukrosa yang diklorinasi dengan tingkat kemanisan 600 x sukrosa. Pada tahun 1988 pemanis buatan ini telah direkomendasikan FDA aman untuk produk makanan dengan nilai ADI maksimal 10 mg/berat badan. 

Masa Depan Pemanis Sintetik

Sebenarnya masyarakat industri pangan menunggu-nunggu ditemukannya pemanis sintetik yang benar-benar aman, tanpa ada kontroversi karena diragukan keamanannya. Sayang sekali menurut CSPI (Center for Science in the Public Interest) sebuah LSM di Amerika Serikat yang bergerak pada bidang kesehatan menyatakan alitame, acesulfame-K maupun sucralose bukanlah yang diharapkan.

Beberapa kasus maupun hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa produk-produk sintetis terkini pengganti gula tebu tidak 100% aman. Sucralose misalnya, dalam proses metabolisme normal tubuh ternyata menghasilkan 1-6 dichlorofructose suatu senyawa yang tidak aman bagi manusia.

Sama dengan aditif makanan lainnya, pemanis buatan yang digunakan dalam makanan harus disertai label yang menunjukkan ADI maksimum, sehingga konsumen dapat mengetahui batas keamanan produk yang dibelinya.

Alangkah baiknya jika kita mengikuti anjuran back to nature yaitu untuk sedapat mungkin  menggunakan bahan alami, karena produk-produk di atas merupakan produk sintetis yang belum 100% aman seperti bahan alami. Madu bisa dijadikan alternatif pilihan sumber gula yang sehat. Namun konsumen harus jeli karena banyak madu yang dijual di pasaran bukan berasal dari hasil derasan sarang lebah madu tetapi rebusan gula merah atau gula karamel.

*) Materi tulisan diambil dari buku PANGAN, KESEHATAN DAN LINGKUNGAN HIDUP KITA (2019) Richardus Widodo – Agroindustri FV Untag Surabaya.