BLENDED LEARNING SISTEM PEMBELAJARAN YANG PALING TEPAT DI ERA NEW NORMAL PASCA PANDEMI CORONA

Minggu, 14 Juni 2020 - 13:40:58 WIB
Dibaca: 895 kali

Dari Webinar LLDIKTI Wilayah VII Sabtu, 13 Juni 2020

“kesiapan perguruan tinggi menghadapi new normal

di masa pandemi covid-19”

Saat ini kita menghadapi bersama kondisi akibat Pandemi Virus Corona. Semua lembaga pendidikan kena dampak yang sama, perbedannya adalah kemampuan masing-masing untuk beradaptasi. Kita ingat pemikiran Charles Darwin “Who survive is the one most responsive to change”. Dalam era new normal mendatang, Prof. Achmad Jazidi, salah satu narasumber yang menjabat Rektor Unusa, menyatakan kita harus siap stamina menghadapi recovery bukan bentuk V shape tapi U shape dengan proses “penderitaan” yang lebih lama, jika Indonesia belum juga mencapai puncak pandemi sekarang ini.

 

Menurut Prof. Syamsul Arifin, Warek UMM, yang real terdampak covid adalah termasuk Perguruan Tinggi dan civitas akademikanya. Ada 3 isu penting yang dihadapi Perguruan Tinggi yaitu:

  1. Keberlanjutan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB).Bagaimana supaya kampus tetap diminati calon mahasiswa, karena dalam kondisi saat ini calon mahasiswa pasti lebih mengutamakan PT lokal agar menghndari sedapat mungkin tertular virus. Maka PT setidaknya harus melakukan improvisasi dan relaksasi. Improvisasi yang dilakukan UMM misalkan adalah mengundang calon2 mahasiswa yang dikenal sebagai influencer di internet, karena mereka dapat mendukung promosi. Sedangkan relaksasi dilakukan dengan pendaftaran online, atau setidaknya test online. Sampai saat ini Dikti belum memutuskan UTBK offline (karena biasanya 8000 calon mahasiswa PTN testnya di UMM).
  2. Keberlanjutan kegiatan akademik (atau Tri Dharma pertama).  Sebagian PTS mudah berubah dari pembelajaran luring (luar jaringan atau tatap muka) dengan daring (dalam jaringan atau online) karena dua hal yaitu 1). Siap infrastrukturnya dan sudah biasa blended learning, 2). Sudah ekosistem digital dengan adanya banyak dosen-dosen dari generasi milenial yang minded digital dan siap menghadapi Revolusi Industri 4.0.
  3. Keberlanjutan finansial. Banyak orangtua mahasiswa terdampak langsung covid-19 ini akibat di-PHK, dirumahkan, WFH dengan penurunan pendapatan dsb. Di samping itu banyak mahasiswa dan wali berpikir transaksional, menganggap bahwa dengan covid ini pengeluaran PT pasti turun, tidak membayar listrik, air, jasa-jasa lainnya, sehingga mereka menuntut bebas SPP. Mereka lupa bahwa dana yang dibayarkan tidak hanya untuk PBM saat sekarang tetapi juga membangun kampus dan peradaban ke depan.

KELEMAHAN DARING

Pembelajaran full daring yang dilaksanakan saat ini sebenarnya adalah situasional, temporary, tidak permanen.  Ada 2 kelemahan daring yaitu:

  1. Tidak mengakomodir pembentukan karakter. Karakter terbentuk kalau terjalin komunikasi personal antara murid – guru, mahasiswa – dosen, santri – kiai. Model daring tidak bisa mengakomodasinya.
  2. Tidak mendukung Ketrampilan. Skill terbentuk kalau dipraktekkan, dikerjakan langsung di Lab/Lapang/Bengkel. Maka jadi kendala bagi fakultas kedokteran, keperawatan, farmasi dan jurusan-jurusan vokasi.

 

Maka ke depan model pembelajaran yang paling tepat adalah model blended learning, gabungan antara face to face dengan instruksi online, atau pembelajaran bauran atau hybrid learning. Maka harus diupayakan dialektika luring-daring. Beberapa PTS akan mencoba sistem blended dengan melakukannya secara selang-seling daring-luring-daring-luring tapi menurut Prof. Jazidi yang paling tepat adalan daring dulu baru luring semua. Hal ini membantu mahasiswa luar kota agar mengetahui kapan dia harus kost. Selama daring dia di rumah, selama luring dia di kost. Akan merepotkan bagi mahasiswa seperti ini jika pembelajarannya selang-seling.

 

Prof. Suprapto, Kepala LLDIKTI Wilayah 7 Jawa Timur, mendukung Blended Learning karena kalau menggunakan pembelajaran online saja seolah-olah mahasiswa tidak memiliki dosen. Beliau mengutip ayat Kitab Suci: “Kalau belajar tanpa guru, gurunya adalah setan”.

 

 

Malang, 13 Juni 2020

Ir. Richardus Widodo, MM

Dosen Agroindustri FV Untag Surabaya