MENUJU INDONESIA NEGARA AGROINDUSTRI YANG MODERN

Jumat, 10 April 2020 - 08:46:59 WIB
Dibaca: 1516 kali

Konsep negara industri baru atau Newly Industrialized Country (NIC) bagi Indonesia pernah digembar-gemborkan oleh Tunky Ariwibowo, menteri perindustrian era rezim Soeharto. Tunky waktu itu meyakini bahwa masa Indonesia menjadi negara industri baru itu tidak lama lagi akan segera dinikmati oleh bangsa Indonesia. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Indonesia justru terpuruk. Impian itu terbukti utopis dan mimpi di siang bolong.  Kenyataan menunjukkan hal lain bahwa agroindustri mempunyai peranan yang begitu besar pada perekonomian Indonesia, menjaga kita dari keterpurukan lebih jauh karena sebagian terbesar dari sumber daya pertanian untuk pengembangannya ada di dalam negeri dan menjadi tumpuan lebih dari 46% rakyat Indonesia.     

Kita bisa berkaca pada negara-negara Selandia Baru dan Thailand, walaupun ciri potensi ekonominya mirip Indonesia tetapi negara-negara ini lebih kenyal terhadap berbagai gangguan ketidakstabilan dan ketidakpastian. Hal ini karena industri pertanian mereka sangatlah handal. Mereka berani mentransformasikan diri dari negara agraris ke negara industri di saat industri pertanian mereka sudah mantap.

Pemilihan teknologi tinggi ada banyak kelemahan bagi Indonesia jika dibandingkan sektor agroindustri/agribisnis seperti dapat dilihat pada matriks berikut:

 

Hi-tech (ind.aeronautical, offshore mining, hardware Tekn. informasi, dll)

Agroindustri/Agrobisnis

Teknologi

Tinggi, Canggih

Menengah - tinggi

Modal

Besar (dari pinjaman LN)

Rendah - menengah

SDM

Menyerap sedikit

Berpendidikan tinggi, spesialis

(Impor tenaga asing)

Padat karya, tenaga ahli madya (dapat dipenuhi domestik dengan membangun pendidikan politeknik/vokasi)

Bahan baku

Sekunder, tersier, kuarter

(Impor)

Primer

(SDA domestik)

Pasar

Spesifik

Luas

Kompetitor

Negara maju, kaya, superpower

Negara agraris, sedang berkembang

Agraris dan Agroindustri

Konsep negara agroindustri (Agroindstrialyzed Country) mengandalkan kekuatan riil ekonomi nasional  dengan kombinasi yang menyatu dengan konsep industri berbasis “renewable man made resource” atau bidang pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan dan perikanan).  Dengan konsep ini sektor ekonomi nasional akan berkembang lebih aman dan terkendali karena basisnya sudah kuat dan berakar di masyarakat Indonesia yang - diakui atau tidak - agraris.

Dalam konsep negara Agroindustri juga diupayakan perubahan visi bahwa bidang pertanian selalu berhubungan dengan pasar primer, yaitu produsen bahan-bahan mentah hasil pertanian, seperti pada umumnya negara agraris. Negara agraris selalu bercirikan produsen produk primer atau hulu tetapi menjadi konsumen produk hilirnya. Visi yang baru akan lebih menitikberatkan pada perolehan nilai tambah dari produk-produk primer. Contoh konkrit industri kelapa sawit kita masih mengandalkan diri pada ekspor CPO (crude palm oil). Padahal CPO memiliki potensi nilai tambah yang jauh lebih besar jika diproses menjadi produk-produk oleokimia. Contoh lain industri karet kita masih mengandalkan ekspor crude-rubber. Padahal jika kita memiliki pabrik ban terbesar di dunia, selevel Bridgestone, Goodyear atau Michelin seluruh perkebunan karet kita sebenarnya mampu menyokongnya.

Konsep negara Agroindustri juga mensyaratkan SDM yang handal serta keberpihakan yang lebih dari pemerintah dan perangkat regulasinya kepada PNP (Petani, Nelayan dan Peternak) yang di jaman sebelumnya selalu termarginalisasi.  Bentuk keberpihakan pemerintah yang diharapkan antara lain adalah adanya atensi yang lebih pada upaya transfer teknologi, peningkatan penelitian dan pengembangan agroindustri/agribisnis,  pengembangan kredit bagi PNP dan restrukturisasi instansi/lembaga yang berhubungan dengan PNP. Akan lebih efektif dan efisien jika SDA yang relevan dengan agroindustri dan institusi-institusi penunjangnya berada dalam tanggungjawab satu kementerian.   Alangkah baiknya jika ada satu kementerian khusus misalnya Kementerian Agribisnis atau Kementerian Agro-kompleks atau Kementerian Industri Primer (meminjam istilah Ministry of Primary Industry-nya negara lain yang memang menangani agroindustri/agribisnis). 

Dengan konsep negara Agroindustri ini dapat dikembangkan secara terpadu 4 subsektor agribisnis yaitu :

  1. Upstream agribusiness (agribisnis hulu): kegiatan bisnis yang menghasilkan saprodi (pupuk, pestisida, bibit) dan alat mesin pratanam.
  2. On-farm agribusiness (“pertanian” yang kita kenal): kegiatan bisnis yang menghasilkan komoditas primer.
  3. Downstream agribusiness (agribisnis hilir): kegiatan bisnis yang memproses komoditi primer menjadi produk olahan beserta perdagangan dan distribusinya.
  4. Agribusiness supporting institutions (jasa penunjang agribisnis): kegiatan jasa bagi agribisnis seperti perbankan, litbang (Perguruan Tinggi dan Balai-balai), transportasi/infrastruktur dan political will.

Kesempatan Emas bagi Lulusan Prodi D3 Agroindustri

Konsep negara Agroindsutri didisain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Negara Agroindustri berbasis ekonomi rakyat yang kuat dan berakar. Negara Agroindustri juga berbasis pada keunggulan sumber daya alam yang renewable (dapat tergantikan) dengan SDM tenaga ahli madya. Konsep pembangunan kita di masa depan haruslah yang menjaga keseimbangan dan dinamisasi antar berbagai sektor secara berkesinambungan, tidak ada yang dititikberatkan. Alam semesta ciptaan Tuhan ini tidak mengenal konsep titik berat, kecuali keberadaan manusia, yang diberi-Nya titah memelihara alam ini.

 Kita tidak perlu mengimpikan seperti Amerika Serikat atau Jerman dalam 10 tahun mendatang, tetapi lebih realistis dan tidak perlu malu jika kita mengimpikan menjadi Thailand atau Malaysia, atau sedikit lebih tinggi lagi yaitu Korea Selatan. Konsep negara Agroindsutri sangat membutuhkan tenaga-tenaga vokasi, tenaga-tenaga ahli madya yang mumpuni di bidang teknologi industri pertanian. Di sinilah diharapkan lulusan program studi D3 Agroindustri Fakultas Vokasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya berkiprah memanfaatkan potensi dirinya yang sudah terasah di Kampus kepada bangsa dan rakyat Indonesia.

Surabaya, 10 April 2020

Penulis: Richardus Widodo

Dosen Agroindustri FV Untag Surabaya